Lompat ke konten

Strategi BNI Tingkatkan Keuntungan Lewat Efisiensi dan Dana Murah

Tidak sedikit bank yang saat ini harus berpikir ulang soal bagaimana menjalankan bisnis dengan cara yang lebih ramping, tapi tetap menguntungkan. BNI, salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia, tampaknya cukup serius menempuh jalur efisiensi sambil memperkuat pundi-pundi dana murah mereka. Kedengarannya sederhana, tapi implementasinya? Well, itu cerita yang lain.

Mari kita mulai dari bagian efisiensi dulu. Strategi ini sebenarnya bukan hal baru, tapi cara BNI melakukannya membuatnya menarik. Mereka memangkas biaya operasional dengan digitalisasi layanan secara bertahap—tanpa harus membuat kantor cabang jadi seperti museum. Masih hidup, tapi lebih ringkas. Penggunaan teknologi seperti AI untuk melayani nasabah atau otomatisasi back-office bukan cuma tren; ini nyata dan ternyata memangkas banyak biaya.

Tapi tidak berhenti di situ. Yang menarik, BNI tampaknya juga menggencarkan pengumpulan dana murah atau yang sering disebut DPK (Dana Pihak Ketiga), khususnya dari tabungan dan giro. Dana seperti ini biayanya rendah karena tidak harus membayar bunga setinggi deposito. Ide sederhananya: dapatkan modal murah, lalu salurkan sebagai kredit produktif yang menghasilkan. Dan jika eksekusinya tepat—keuntungan pun meningkat.

Meski begitu, kita tidak bisa bilang bahwa strateginya tanpa risiko. Meningkatkan dana murah itu butuh kepercayaan nasabah. Respons pasar juga tidak selalu bisa diprediksi. Apalagi di era saat bunga deposito digital kadang bisa jauh lebih menggoda. Belum lagi ada kompetitor yang agresif. Tapi… justru di situlah tantangannya.

Saya pribadi tertarik bagaimana BNI mencoba mendekati milenial dan Gen Z lewat program digital banking mereka. UX dan pengalaman pengguna yang mulus menjadi bagian dari strategi pengumpulan dana murah ini. Enggak semua institusi keuangan sadar akan ini, tapi BNI setidaknya mencoba mengakomodasi perubahan perilaku nasabah yang kini lebih suka buka rekening via aplikasi ketimbang datang ke cabang.

Baca Juga  BCA Personal Loan: Syarat dan Cara Mengajukan Terbaru

Oh, dan jangan lupakan efisiensi lewat kolaborasi—misalnya lewat kemitraan fintech. Ini memang bukan highlight yang diumbar-umbar, tapi kalau kita ngintip laporan keuangan mereka, pengurangan beban operasional jadi sinyal bahwa langkah ini mulai terasa dampaknya.

Mungkin, seiring dengan terus naiknya biaya dana dari pasar, strategi ini—memperluas dana murah dan memangkas biaya—akan menjadi penentu siapa yang bisa bertahan, atau malah unggul. Intinya? Ini soal menyeimbangkan efisiensi dengan perluasan pendanaan murah, dan kuncinya adalah adaptasi yang cerdas. Sederhana secara konsep, tapi rumit dalam pelaksanaan. Hmm… seperti hidup, ya?

Pertanyaan Umum (Q & A)

1. Apa itu dana murah dalam perbankan?
Dana murah adalah dana pihak ketiga yang berasal dari tabungan dan giro. Bank menyukai jenis dana ini karena bunga yang dibayarkan kepada nasabah lebih rendah dibandingkan deposito, sehingga lebih efisien untuk pembiayaan kredit.

2. Bagaimana efisiensi membantu meningkatkan keuntungan bank?
Efisiensi menurunkan biaya operasional bank. Dengan biaya yang lebih rendah dan pendapatan yang stabil atau meningkat, margin keuntungan otomatis ikut naik.

3. Apakah BNI hanya fokus pada digitalisasi untuk efisiensi?
Tidak. Meskipun digitalisasi jadi bagian penting, BNI juga melakukan efisiensi lewat kolaborasi strategis, perampingan struktur, dan peningkatan produktivitas SDM.

4. Kenapa dana murah penting di tengah persaingan perbankan?
Karena dana murah memungkinkan bank menyalurkan kredit dengan bunga kompetitif tanpa mengorbankan margin keuntungan mereka. Dalam era suku bunga yang fluktuatif, ini jadi keunggulan strategis.

5. Bagaimana peran Gen Z dalam strategi BNI ini?
Gen Z, sebagai pengguna aktif digital banking, menjadi target penting untuk pengumpulan dana murah. BNI terus mengembangkan fitur layanan digital agar bisa menarik segmen ini.

Baca Juga  3 Cara Mencairkan Deposito Mandiri, Syarat dan Minimal Update

Penutup

Pada dasarnya, strategi BNI yang berfokus pada efisiensi dan pengumpulan dana murah merupakan kombinasi dua pendekatan yang saling mendukung. Efisiensi membantu memangkas biaya, sedangkan dana murah menjaga stabilitas modal tanpa harus tergantung pada pembiayaan mahal. Kalau keduanya dijalankan dengan konsisten dan adaptif terhadap dinamika pasar, maka hasilnya, seperti yang telah mulai terlihat, bisa cukup signifikan terhadap peningkatan keuntungan.

Tentu saja, implementasinya tidak selalu mudah. Ada faktor eksternal seperti fluktuasi suku bunga, persaingan dari bank digital atau fintech, dan perubahan perilaku nasabah yang harus terus dimonitor. Tapi hey, siapa bilang dunia perbankan itu statis? Justru dengan tekanan-tekanan itulah, lahir inovasi strategis.

Jika kamu ingin tahu lebih lanjut bagaimana bank seperti BNI memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, kamu bisa membaca di situs resmi BNI. Atau kalau ingin melihat perkembangan sektor perbankan digital, coba kunjungi artikel-artikel seputar fintech di Katadata Ekonomi.

Sekarang mungkin saatnya kamu juga bertanya: Apa yang bisa saya pelajari dari strategi ini? Apakah prinsip efisiensi dan cerdas membangun modal bisa diaplikasikan di kerja atau bisnis saya sendiri?

Mulailah dari hal kecil. Mungkin kamu bisa cek lagi cara kamu mengelola keuangan pribadi. Apakah masih boros? Atau sudah cukup hemat tapi belum optimal? Kadang, prinsip perusahaan besar bisa jadi cermin juga untuk hidup kita. Intinya, kita perlu terus bergerak, mencoba, dan menyesuaikan strategi. Karena dunia, ya, terus berubah.

Jangan takut untuk cerdas dalam beradaptasi. Dunia bergerak cepat—tapi selalu ada ruang bagi mereka yang mau belajar, mencoba sesuatu yang berbeda, atau sekadar merefleksikan ulang prioritas mereka.

Kalau kamu diberi kesempatan untuk menyusun strategi seperti ini—efisien tapi tetap fleksibel—apa yang akan kamu lakukan lebih dulu?

Baca Juga  5 Cara Transfer Shopeepay Ke Bank BRI Terbaru 2025

Sumber:
– https://www.bni.co.id/id-id/beranda
– https://katadata.co.id
– https://atmnesia.com/ekonomi/strategi-bni-efisiensi-dana-murah